Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Wednesday, February 26, 2014

Makalah Methopel Kualitatif

BAB I
PENDAHULUAN
 
A.    Pendahuluan
Penelitian kualitatif, sebagaimana pada penelitian secara umum, memiliki beberapa tahapan-tahapan, seperti tahap sebelum kelapangan, tahap ketika sedang dilapangan, dan tahap analisis data.[1] Dari tahapan-tahapan penelitian tersebut diatas terlihat bahwa kegiatan analisis data adalah merupakan tahapan bagian akhir setelah kegiatan pencarian dan pengumpulan data dilakukan di lapangan.
Akan tetapi, pada penelitian kualitatif dikenal adanya analisis data yang dilakukan dilapangan pada saat seorang penelitit masih dalam kegiatan pencarian dan pengumpulan data, meskipun analisis data secara intensif dilakukan setelah kembali dari lapangan. Hal tersebut terlihat dari penjelasan Moleong sebagai berikut:
Dengan bimbingan dan arahan masalah penelitian, peneliti dibawa kearah acuan tertentu yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan data yang di catat. Apabila peneliti sudah mulai mencatat serta mulai memberikan kode pada data, akan tampak bahwa ada kecocokan atau ketidak cocokan dengan hipotesis kerja yang telah dirumuskan sewaktu pertama kali berada dilapangan. Dipihak lain, mulai bermunculan konsep-konsep yang dijabarkan kedalam hipotesis kerja apabila hal itu belum disusun oleh peneliti.[2]
Pernyataaan diatas menunjukkan bahwa seorang peneliti dalam penelitian kualitatif   saat mencari dan mengumpulkan data sesuai masalah penelitian yang telah dirumuskan, dia juga sekaligus telah mulai melakukan analisis data. Bahkan, karena penelitian inin menggunakan langkah – langkah penelitian naturalistik,[3] maka analisis data dilaksanakan langsung dilapangan pada saat pengumpulan data dilakukan. Analisis yang mendalam dan dilakukan secara intensif setelah kembali dari lapangan.
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Hal tersebut terutama karena dapat memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan perbaikan dan koreksi atas analisis yang dilakukan ketika pengamatan dan pemikiran terhadap data dapat dilakukan secara berulang.[4]
Salah satu pertanyaan atau krititk yang ditujukan kepada penelitian kualitatif ini adalah apakah penelitian kualitatif itu benar-benar ilmiah, sebuah pertanyaan yang menyangkut tentang derjat kepercayaan hasil penelititan kualitatif. Hal tersebut diantaranya didasari kepada hakikat dan karakteristik dari penelitian kualitatif itu sendiri sebagai suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainnya secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa , pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Untuk menjamin terwujudnya kepercayaan hasil  sebuah penelitian kualitatif,  berdasarkan keadaannya sebagaimana tersebut diatas, akan sangat tergantung kepada tingkat derajat kepercayaan data atau apa yang disebut dengan keabsahan data. Dengan demikian, secara sistematis akan membahas tentang analisis dan penelitian kualitatif dan teknik peminjaman keabsahan data kualitatif.


BAB II
PEMBAHASAN
ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF DAN TEKNIK PENJAMINAN KEABSAHAN DATA KUALITATIF.

A.    Analisis Data Penelitian Kualitatif.
Analisis data pada penelitian kualitatif adalah merupakan tahap ketiga dari tiga tahapan yang dilalui, yaitu (a) tahap pralapangan, (b) tahap kegiatan atau pekerjaan lapangan, dan (c) tahap analisis intensif.[5]
Setelah tahap pekerjaan lapangan dalam suatu penelitian kualitatif, yang terdidri atas tahsp-tahap memahami latar latar penelititan dan persiapan diri, memasuki lapangan penelitian, dan berperan serta sambil mengumpulkan data, maka tahap berikutnya adalah analisis data.
Dalam tahapan Analisis data ini ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu: 1. Analisis data, dan 2. Interprestasi data.
1.      Analisis data.
Analisis data kualitatif sebagaimana didefenisikan oleh Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh moleong, adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”[6]
Selain itu, moleong juga mengutip Seidel yang mendefenisikan Analisis Data Kualitatif sebagai proses:
v  Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber data tetap dapat di telusuri.
v  Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
v  Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data itu adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat di temukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.”[7]
Defenisi diatas memberikan arahan kepada peneliti bahwa dalam melakukan analisis data yang pertama kali dilakukan adalah pengorganisasian data. Berbagai macam data yang telah dikumpulkan di lapangan baik yang berbentuk catatan, dokumen, gambar, foto, DLL, itu semua di-atur, di-urutkan, di-kelompokkan, diberi kode dan dilakukan kategorisasi. Tujuan yang dilakukannya semua itu adalah dalam rangka menemukan tema, dan hipotesis kerja, untuk selanjutnya dirumuskan untuk jadi sebuah teori.

Basrowi dan suandi menyimpulkan ada tiga perinsip pokok dalam analisis data kualitatif, yaitu: 1. Konsep dasar, 2. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis, dan 3. Bekerja dengan hipotesis.[8]
Dari uraian diatas terlihat bahwa kegiatan analisis data itu adalah merupakan sebuah proses yang pelaksanaannya sudah di mulai sejak pengumpulan data dilakukan, kegiatan tersebut dilakukan secara lebih intensif setelah kembali dari lapangan.
Secara sederhana analisi data tersebut dapat dinyatakan sebagai kegiatan melakukan reduksi data,[9] kategorisasi data, sintesisasi, dan selanjutnya menyusun hipotesis kerja.
Spradley (1980), sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Sugiono, membagi analisis dan penelitian kualitatif berdasarkan tahapan dalam penelitian kualitatif, yang menurutnya tahapan-tahapan tersebut adalah (1) memilih situasi social (place, actor, activity),  (2) melaksanakan observasi partisipan, (3) mencatat hasil observasi dan wawancara, (4) melakukan observasi deskriptif, (5) melakukan analisi domain, (6) melakukan observasi terfokus, (7) melakukan analisi taksonomi, (8) melakukan observasi terseleksi, (9) melakukan analisis komponensial, (10) melakukan analisis tema, (11) temuan budaya, (12) menulis laporan penelitian kualitatif.[10]
Selanjutnya, spradley membagi analisis dat kualitatif tesebut kepada empat macam,[11] yaitu:
1.      Analisi domain (domain analysis), yaitu memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari obyek penelitian atau situasi sosial. Dalam hal ini akan ditemukan berbagai domain atau kategori yang di peroleh melalui pertanyaan grand dan monitour. Peneliti selanjutnya akan menetapkan domain tertentu sebagai pijakan untuk penelitin selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih akan semakin banyak waktu yang diperlukan.
Uraian lebih lanjut dilihat pada penjelasan moleong, yang akan dikemukakan pada bagian selanjutnya dari makalah ini.
2.      Analisis taksonomi (taxonomic analysis), yaitu menjabarkan secara labih rinci domain yang dipilh tersebut huntuk mengetahui strukturnya, yang dilakukan dengan observasi terfokus.
3.      Analisis komponensial (componential analysis), yaitu mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengkontraskan antar elemen. Hal tersebut dilakukan melalui observasi dan wawacara terseleksi dengan pernyataan yang mengkontraskan (contrast question).
4.      Analisis tema cultural (discovering cultural theme), yaitu mencari hubungan di antara domain dan bagaimana hubungan dengan keseluruhan, dan selanjutnya dinyataan ke dalam tema atau judul penelitian.
Sejalan dengan Spradley, moleong di dalam bukunya juga menyebutkan ada Empat tahap analisis data,[12] yaitu:
a)      Analisis Domein
Ada sejumlah data tertentu yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif yang analisis terhadap data-data tersebut sebagai analisis domein. Data-data yang termasuk ke dalam analisis domein ini adalah keseluruhan data yang diperoleh melalui pengamat berperanserta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Pengamatan deskriptif adalah pengamatan yang dilakukan secara menyeluruh terhadap sesuatu yang ada pada latar penelitian.
            Pada analisis domein ini, menurut moleong, terdapat enam tahapan, yaitu:

1.      Sebagai langkah awal adalah memilih salah satu hubungan semantik dari sembilan hubungan semantik berikut, yaitu hubungan: termasuk, spasial, sebab-akibat, rasional, lokasi tempat bertindak, fungsi, alat-tujuan, urutan, dan memberatribut ataumember nama. Memanfaatkan hubungan semantik ini adalah analisis data yang diperkenalkan oleh Spradley, yang secara rinci terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 1
Hubungan Semantik[13]


Hubungan Semantis
Bentuk
Contoh
1. Termasuk
X adalah jenis Y
Saksi ahli (adalah sejenis) saksi
2. Spasial
X adalah tempat di Y atau bagian dari Y
Ruang juri agung (adalah tempat) di pengadilan negri
3. Sebab  Akibat
X adalah hasil dari Y
Melayani juri (hasil dari) atau karena terpilih
4. Rasional melakukan Y
X merupakan alasan melakukan Y
Sejumlah besar kasus (adlah merupakan) alasan menggelar pengadilan secara cepat.
5. Lokasi untuk melakukan
X merupakan tempat melakukan Y
Ruang juri agung (adalah tempat untuk) mendengarkan kasus-kasus
6. Fungsi
X merupakan cara melakukan / mencapai Y
Saksi (digunakan untuk) menyajikan bukti
7. Alat/ Tujuan
X merupakan urutan atau tahap dalam Y
Bersumpah (adalah cara untuk) melambangkan tugas suci juri
8. Urutan
X langkah-langkah melakukan Y
Mengunjungi penjara  (adalah tingkat dalam) kegiatan juri agung
9. Memberi atribut
X pemberian atribut Y
Otoritas (adalah atribut dari) jaksa (ciri-ciri) dari Y

2.      Menyiapkan lembar analisis domain,
3.      Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk memulainya,
4.       Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik dari catatan lapangan,
5.       Melakukan pencarian domein kembali sehingga semua hubungan semantik dapat digunakan.
6.      Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan).
Contoh lembar analisis domein adalah sebagai berikut:[14]
        Lembar Analisis Domein 1
Hubungan Semantik   : termasuk
Bentuk                        : X (Sejenis) Y
Contoh                       : Meranti adalah (sejenis) pohon.


b)     Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).
Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic relationship.  Jadi taksonomi merupakan rincian dari domain cultural. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam.
Ada Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu:
1.      Memilih salah satu domain untuk dianalisis;
2.      Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu,
3.      Mencari tambahan istilah bagian,
4.      Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis,
5.      Membentuk taksonomi sementara,
6.      Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan,
7.      Membangun taksonomi secara lengkap.[15]

c)      Analisis Komponensial (Componential Analysis).
Setelah melakukan analisis taksonomi, peneliti melakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara tersebut dimuat dalam catatan lapangan yang terdapat dalam lampiran.
 Ada delapan langkah dalam analisi komponen ini yaitu:
1)      Memilih domain yang akan dianalisis,
2)       Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan,
3)      Menyiapkan lembar paradigm,
4)      Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai,
5)      Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu,
6)      Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada,
7)      Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data,
8)      Menyiapkan paradigma lengkap.

d)     Analisis Tema  (Discovering Themes).
Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Dalam menentukan tema, ada tujuh cara yang dapat dilakukan yaitu:
1)      Melebur diri,
2)      Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan,
3)      Menemukan perspektif yang lebih luas melelui pencarian domain dalam pemandangan budaya,
4)      Menguji demensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis,
5)      Mengidentifikasi domain terorganisir,
6)      Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain,
7)      Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topik: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, memperoleh dan menjaga status dan memecahkan masalah. Sesuai dengan topik penelitian maka yang dipilih adalah memecahkan masalah.[16]

2.      Interpretasi Data
Kegiatan kedua dalam analisis data adalah interpretasi data. Yang dimaksud dengan interpretasi data adalah upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Hal tersebut dilakukan dengan cara menelaah hasil penelitian secara kritis dengan menggunakan teori-teori yang relevan terhadap informasi akurat yang didapatkan dari pengumpulan data dilapangan.

B.     Teknik Peminjaman Keabsahan Data Kualitatif.
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas).[17] Penelitian merupakan kerja ilmiah, untuk melakukan ini mutlak dituntut secara objektivitas, untuk memenuhi kriteria ini dalam penelitian kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas) harus dipenuhi kalau tidak, maka proses penelitian itu harus dipertanyakan keilmiahannya.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada Pendahuluan, bahwa banyak hasil penelitian kualitatif diragukan atau dipertanyakan kebenaran karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa terkontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang kredible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian.
Oleh karena itu, data yang digunakan dalam sebuah penelitian haruslah terjamin keabsahannya (trustworthiness). Untuk itu, pemeriksaan terhadap keabsahan data tersebut haruslah dilakukan sedemikian rupa, dan para ahli telah menetapkan sekurangnya empat kriteria dalam melakukan penjaminan keabsahan data tersebut, yaitu:
1)      Derajat Kepercayaan (credibility ), yaitu apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya , untuk itu dapat dilakukan dua hal, pertama,melaksanakan inluiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai, kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil – hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal pada penelitian non-kualitatif.[18]

Guba, sebagaimana dikutip oleh Masganti Sitorus, menyarankan enam cara untuk memperoleh keterpercayaan tersebut, yaitu:
a.        Memperpanjang masa pengamatan yang memungkinkan peneliti mengatasi distorsi-distorsi yang terjadi dan memberi kesempatan kepada peneliti untuk menguji bias-bias persepsi yang muncul. Perpanjangan pengamatan dapat dilakukan peneliti dengan menambah waktu pengamatan.
b.      Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c.       Peer debriefing ( membicarakan dengan orang lain ) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
d.      Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
e.       Mengumpulkan berbagai dokumen seperti film, video, rekaman, slide, dan dokumen-dokumen lainnya.
f.       Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.[19]
2)      Keteralihan ( Transferability ), yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain. Hal ini tidak sama dengan validitas eksternal pada penelitian non-kualitatif, yang menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif mewakili populasi itu. Sementara pada penelitian kualitatif, keteralihan tersebut sangat tergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk mewujudkan pengalihan tersebut, seorang peneliti harus berupaya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks tertentu.
Guba, sebagaimana juga dikutip oleh Masganti Sitorus , menyarankan peneliti untuk melakukan dua hal, agar keteralihan bisa terwujud, yaitu:
a.       Mengumpulkan data secara terinci sehingga memungkinkan melakukan perbandingan pada konteks yang lain sehingga keteralihan hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi yang lain.
b.      Mengembangkan deskripsi data yang terinci untuk menjamin kecocokan hasil penelitian pada situasi lain yang memungkinkan.

3)      Kebergantungan (dependability), yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Hal ini adalah pengganti dari istilah reabilitas pada penelitian non kualitatif. Reliabilitas pada penelitian non-kualitatif ditunjukkan dengan jalan mangadakan replikasi studi, yaitujika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka dalam keadaan tersebut dinyatakan bahwa realibilitas tercapai. Konsep kebergantungan (dependability) pada penelitian kualitatif adalah lebih luas dari pada reliabilitas pada penelitian non-kualitatif, karna pada kebergantungan selain mempertimbangkan segala yang ada pada reliabilitas, juga mempertimbangkan fakto-faktor lain yang terkait.

Masganti Sitorus menyimpulkan bahwa kriteria kebergantungan ini merujuk kepada stabilitas agama. Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian, guba, sebagaimana dikutip oleh Masganti sitorus, menyarankan agar peneliti melakukan langkah-langkah berikut:

a.       Menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data untuk menutupi kelemahan masing-masing metode. Misalnya melakukan wawancara dengan siswa untuk membantu pemahaman peneliti terhadap hasil observasi tentang prilaku siswa.
b.      Membangun sebuah audit (audit trail). Peroses ini dapat dilakukan dengan melibatkan seorang auditor mungkin seorang teman yang kritis, atasan, atau seorang ahli untuk menguji proses pengumpulan analisis, dan interpretasi data.

4)      Kepastian (comfirmability), yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dibandingkan dengan objektifitas pada penelitian non-kualitatif. Pada penenlitian non-kualitatif, objektifitas ditetapkan berdasarkan kesepakatan antar subjek. Sesuatu itu dinyatakan objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Berbeda halnya dengan penelitian alamiah atau kualitatif, penenkannya bukan pada orangnya tetapi justru pada data, sehingga ketergantungan itu pada datanya, bagaimana ciri-ciri datanya, apakah datanya dapat dipastikan atau tidak.
Sitorus menjelaskan bahwa kriteria ini merujuk pada netralitas dan objektivitas data yang dikumpulkan. Beliau mengutip guba yang menyebutkan ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk menjamin apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, yaitu:
a.       Memperaktekkan triangulasi, yaitu dengan menggunakan berbagai metode pengumpulan data dan melakukan cross-chek data
b.      Melakukan refleksi, yaitu dengan membuat jurnal harian dalam penelitian yang dilakukan.[20]
Uraian tentang kriteria keabsahan dat diatas dalam perbandingannya dengan penelitian kuantitatif dapat terlihat melalui tabel berikut:

Tabel 4. Padanan validitas data antara metode kualitatif dan kuantitatif
KUALITATIF

KUANTITATIF
Credibility
Berpadanan dengan
Validitas internal
Transferability
Berpadanan dengan
Validitas eksternal
Dependability
Berpadanan dengan
Realibilitas/Keajegan
Confirmability
Berpadanan dengan
Obyektivitas
                        Sumber: Agus Salim, 2006
                    Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Empat kriteria keabsahan data kualitatif diatas perlu diperiksa dan dipastikan keberadaannya pada data yang telah dikumpulkan. Untuk maksud tersebut, Moleong menyebutkan teknik-teknik pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:[21]


KRITERIA
TEKNIK PEMERIKSAAN
Kredibilitas
1.      Perpanjangan keikutsertaan
2.      Ketekunan pengamatan
3.      Triangulasi
4.      Pengecekan sejawat
5.      Kecukupan referensial
6.      Kajian kasus negatif
7.      Pengecekan anggota
Kepastian
8.      Uraian rinci
Kebergantungan
9.      Audit kebergantungan
Kepastian
10.  Audit kepastian
  Untuk lebih jelasnya, teknik-teknik pemeriksaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Perpanjangan keikutsertaan, berarti si peneliti memperpanjang masa tinggalnya di lokasi penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Haltersebut, menurut Moleong akan dapat:
a.       Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
b.      Membatasi kekeliruan peneliti,
c.       Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesaat.[22]
Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat   kepercayaan yang dapat dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, danuntuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2.      Ketekunan pengamatan, yaitu pengamatan yang terus menerus dilakukan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
3.      Triangulasi, adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagia pembanding terhadap data tersebut. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu penggunaan : a. Sumber, b. Metode, c. penyidik, d. Teori.[23]
a.      Triangulasi sumber dilakukan dengan cara:
1.      Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2.      Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3.      Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannnya sepanjang waktu.
4.      Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan, orang berada, orang pemerintahan.
5.      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Tujuan melakukan perbandingan diatas tidak dalam rangka menemukan persamaan dan perbedaan antar dua atau tiga hal yang diperbandingkan sebagaimana lazimnya pembahasan dalam perbandingan, tetapi terutama tujuannya adalah untuk mengetahui berbagai alasan mengapa terjadi perbedaan tersebut.
b.      Triangulasi dengan metode, memiliki dua strategi, yaitu:
1.      Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data.
2.      Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.[24]
c.        Triangulasi peneliti
Triangulasi ketiga ini adalah dengan cara memanfaatkan peneliti lain untuk keperluan pengecekan kembali derajat data. Melalui pengamatan peneliti lain akan dapat dikurangi kekeliruan dalam pengumpulan data. Termasuk kedalam jenis triangulasi ini adalah dengan penelitian yang memanfaatkan tim peneliti, atau dengan cara membandingkan hasil pekerjaan seseorang analisi dengan analisis lain.
d.       Triangulasi teori
Yaitu pemeriksaan derajat keabsahan data dengan satu teori atau lebih, yang dinamai dengan penjelasan banding (rival explanination).
Wiliam Wiersma,[25] sebagaimana dikutip oleh Prof. Sugiyono, mendefenisikan triangulasi sebagai berikut: “triangulation is qualitative cross-validation. It assesses thesuffiency of the data according to the convergence ofmultiple data sources or multiple data collection procedures.”
Artinya: triangulasi adalah validasi data kualitatif melalui cek silang. Triangulasi ini akan menilai kesempurnaan data dengan mempertemukan (mengkonvergensikan) berbagai sumber data atau berbagai prosedur pengumpulan data.
Lebih lanjut triangulasi ini, dalam pandangan Sugiyono, dapat dibagi kepada:
1.      Triangulasi sumber data, seperti data yang bersumber dari atasan, dari bawahan dan dari teman. Hal tersebut dilakukan untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, dimana data tersebut diuji dan diperoleh dari bawahan yang dipimpinnya, dari atasan yang menguasainya, dan dari teman kerja yang merupakan kelompok kerjasamanya. Data dari ketiga sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik. Setelah data tersebut dianalisi oleh peneliti sampai menghasilkan suatu kesimpulan, dilakukan meber check, atau diminta persetujuan dari ketiga sumber tersebut.
2.      Triangulasi teknik pengumpulan data, seperti data yang diperoleh melalui wawancara, melalui observasi dan melalui dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau kepada yang lain, untuk memastikan data yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar karena memiliki sudut pandang yang berbeda.
3.      Triangulasi waktu pengumpulan data, seperti data yang dikumpulkan di waktu pagi hari, siang dan sore. Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar dan belum menghadapi berbagai masalah akan memberikan dta yang lebih valid dan lebih kredibel. Jadi, dalam rangka pengujian kredibilitas data, dapat dilakukan melalui wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Apabila hasil uji tersebut berbeda, maka dapat dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian data.
4.      Pengecekan sejawat, (membicarakannya dengan orang lain) yang mengekspos hasil semntara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
5.      Kecukupan referensi,  yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif adalah kamera, handycam,dan alat rekaman yang lainnya, semua ini sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.
6.      Kajian Kasus Negative. Kasus negative adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negative berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang ada. Apabila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan, maka data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi apabila peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan data yang ditemukan, maka peneliti dapat merubah temuannya. Contohnya, jika ada 99% orang mengatakan bahwa si S adalah pengedar narkoba, sedangkan 1% menyatakan tidak (negativ). Kasus negatif tersebut mengharuskan si peneliti mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data yang berbeda. Peneliti harus menemukan kepastian apakah 1% kelompok yang menyatakan si S bukan pengedar narkoba atau tidak, apabila akhirnya yang 1% itu menyatakan bahwa si S adalah pengedar narkoba, maka kasus negatifnya tidak ada lagi, dan dengan demikian temuan penelitian tersebut menjadi lebih kredibel.
7.      Pengecekan Anggota (Membercheck). Yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, berarti datanya tersebut valid, sehingga semakin dipercaya (kredible). Akan tetapi, apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi, tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.[26]

C.    Kesimpulan
Analisis data pada penelitian kualitatif memiliki tiga prinsip pokok, yaitu yaitu: (1) Konsep dasar, (2) Menemukan tema dan merumuskan hipotesis, dan (3) Bekerja dengan hipotesis. Analisis data kualitatif tersebut selanjutnya dibagi kepada empat macam, yaitu (a) Analisis Domain, (b) Analisis Taksonomi, (c) Analisis Komponensial, dan (d) Analisis Tema Cultural.
Dalam rangka penjaminan keabsahan data kualitatif, para ahli telah menetapkan sekurangnya empat kriteria dalam melakukan penjaminan keabsahan data tersebut, yaitu:  (1) Derajat Keterpercayaan, (2) Keteralihan, (3) Ketergantungan, (4) Kepastian.




[1] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-27, 2010), h.127
[2] Ibid, h.147
[3] Peneltian naturalistik adalah salah satu nama atau istilah yang digunakan untuk penelitian kualitatif, karena
   jenis penelitian ini menekankan pada “kealamiahan” sumber data. Lihat Moleong, Metodologi, h.3
[4] Masganti Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam (Medan: IAIN Press, Cet. Pertama, Des. 2011),
   h.202
[5] An Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineke Cipta, 2008), h.84
[6] Robert C. Bogdan dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research For Education: An Introduction to Theory and
   Methods
 (Boston: Allyn and Bacon, Inc. 1982) dalam Moleong, Metodologi, h.248
[7] Moleong, Metodologi..., h. 280
[8] Basrowi. Memahami Penelitian... , h. 91
[9] Reduksi data adalah melakukan abstraksi, yaitu usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan
   pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Lihat Moleong, Metodologi,    
   h. 247
[10] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, Cet. Keempat 2008),
    h.253-254
[11] Ibid, h.15
[12] Moleong, Metode Penelitian..., h. 149
[13] Sitorus, Metodologi Penelitian..., h. 214
[14] Masganti, Metodologi Penelitian..., h. 216
[15] Moleong , Metodologi Penelitian..., h. 216-217
[16] Moleong , Metodolgi Penelitian..., h. 322
[17] Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial ( Jakarta : Ciputat Mega, Cet. Ke-5, 2013), h.230
[18] Moleong , Metologi Penelitian..., h.324
[19] Sitorus, Metodologi Penelitian...., h.222
[20] Sitorus, Metodologi Penelitian..., h.223
[21] Moleong , Metologi Penelitian..., h.327
[22] Moleong , Metodologi Penelitian..., h.327
[23] Moleong , Metodologi Penelitian..., h.330-331
[24] Moleong , Metodologi Penelitian..., h.333
[25] Wiliam Wiersma, Research Methods in Education: An Introduction (Boston, London, Sydney, Toronto: Allyn
    and Bacon, Forth Edition, 1986).
[26] Sugiyono, Metode Penelitian..., h. 276

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More