BAB
I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Pengumpulan data
adalah hal yang urgen
dalam penelitian. dalam penelitian kualitatif teknik dimaksudkan adalah hal-hal
yang berkaitan dengan sumber data, metode pengumpulan data, penjelasan
kedudukan peneliti sebagai instrumen pengumpulan data, penarikan sampel
bertujuan, dan beberapa hal yang berkaitan dengan metode-metode pengumpulan
data yang mutakhir. Tujuan pengumpulan data sendiri adalah untuk
memperoleh informasi untuk terus merekam, untuk membuat keputusan tentang
isu-isu, penting untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Terutama data
yang dikumpulkan untuk memberikan informasi mengenai topik tertentu.[1]
Suatu proses
pengumpulan data formal diperlukan seperti ini, memastikan bahwa data yang
dikumpulkan adalah baik didefinisikan akurat dan bahwa keputusan-keputusan selanjutnya
berdasarkan argumen yang terkadang dalam temuan adalah valid. Proses ini
menyediakan baik dasar dari yang untuk mengukur dari dan dalam kasus tertentu
pada apa untuk memperbaiki. Maka data yang dikumpulkan harus valid untuk
digunakan validitas dari data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta
kualitas dari pengambilan datanya sendiri cukup valid. Dalam penelitian di
bidang tertentu seperti pada penelitian beberapa masalah psikologis pengambil
data adalah sendiri yang harus cukup terampil.
Selanjutnya
beberapa teknik pengumpulan data yang sering digunakan oleh peneliti, tentu
hasil yang diperolehnya perlu mendapat pengukuran terhadap data yang
dikumpulkannya. Pengukuran data dapat dilakukan dengan uji validasi serta
realibilitas instrumen dan bagaimana penelitian penyusunan. pada
pengumpulan data yang dilakukan pengujian tentang keabsahan data, untuk
selanjutnya peneliti dapat melakukan terhadap skala sikap yang tepat dalam
memperoleh data yang benar dan akurat.
Pada makalah ini akan mempresentasikan bahwa
sebuah penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data atau informasi
sebagaimana adanya dan bukan sebagaimana seharusnya dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Lebih lanjut makalah ini akan menguraikan tentang metode pengumpulan data
dan hal-hal yang berkaitan dengan data tersebut.
B.
PEMBAHASAN
Makalah Ini memamparkan hal-hal mengenai metode apa saja yang
digunakan dalam sebuah penelitian
C.
TUJUAN
Diharapkan makalah ini dapat
memberikan pemahaman lebih dalam lagi dalam menentukan metode yang diperlukan
dalam sebuah penelitian, baik dalam penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Teknik
pengumpulan data
Menurut
kamus besar Bahasa Indonesia metode
adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai
sesuai dengan yang dikehenadaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna menpacapai tujuan yang ditentukan.[2]
Jadi metode pengumpulan data bisa diartikan suatu pekerjaan yang bersistem
dalam suatu penelitian dengan cara mengumpulkan data dari berbagai
sumber-sumbernya. Metode pengumpulan data juga paling urgen dalam penelitin.
Megumpulkan
data adalah pekerjaan yang melelahkan dan kadang-kadang sulit. Berjalan dari
rumah ke rumah mengadakan interview atau membagi angket, belum lagi kalau satu
dua kali datang belum berhasil bertemu dengan orang yang dicari, atau malah
dikejar anjing penjaga. Kadang – kadang sampai ke kantor,
atau suatu tempat dan disambut dengan dingin, bahkan raut wajah yang kecut.
Pekerjaan ini kadang diberikan kepada pembantu-pembantuu peneliti yunior,
sedangkan para senior cukup membuat desain, menyusun instrumen, mengolah data,
dan mengambil kesimpulan. Jadi pengumpulan data kualitatif adalah olahan data yang
pengumpulan banyak dipengaruhi oleh faktor siapa yang bertugas mengumpulkan
data. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan sikap dan interview
misalnya, akan mempengaruhi data yang diberikan responden. Berhasil atau
tidaknya sebuah peneliti salah satunya ditentukan oleh metode dan instrumen
pengumpulan data yang digunakan oleh seorang peneliti. Agar seorang peneliti
tidak melakukan sebuah kesalahan dalam melakukan sebuah penelitian, penelitian
dianjurkan menggunakan metode dan instrumen pengumpulan data secara baik dan
benar. Kesimpulannya bahwa mengumpulkan data merupakan pekerjaan yang penting
dalam meneliti. Ada beberapa jenis teknik pengumpulan data sebagai berikut ini :
1. Kuesioner
atau Angket
2. Tes
3. Wawancara
4. Observasi
5. Dokumnetasi
Dari
jenis metode ini kami akan
bahas satu persatu untuk menjelaskan bagaimana pengumpulan data dengan teknik
ini, sehingga kami
akan mendapat data yang diharapkan peneliti dan sampai tuntas dan sesuai dengan
tujuan peneliti.
1.
Kuesioner
atau Angket
Data
yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis : fakta, pendapat dan
kemampuan.[3]
Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang teliti,
digunakan tes. Perlu dipahami bahwa yang dikenai tes bukan hanya manusia. Mesin
kereta juga dites apakah layak untuk digunakan atau tidak, maka itu semua bisa
dites dengan alat tertentu baik komputer, dan
penggunaan alat-alat lainnya. Sebagian besar penelitian umumnya
menggunakan kuesioner sebagai teknik yang dipilih untuk pengumpulan data. Kuesioner
atau angket memilki kebaikan, asal cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan
yang telah digariskan dalam penelitian.
Sebabnya kuesioner disusun, maka harus dilalui prosedur, yaitu :
a. Merumuskan
tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner
b. Mengidenfikasikan
variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner
c. Menjabarkan
setiap variabel menjadi sub-variabel yang lebih spesifik dan tunggal.
d. Menentukan
jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untu menentukan teknik analisisnya.[4]
Penentuan
sampel sebagai responden kuesioner perlu mendapat perhatian pula. Apabila salah
menentukan sampel, informasi yang akan dibutuhkan barangkali tidak kita peroleh
secara maksimal. Kita ambil contoh, kami ingin mengetahui terhadap daya tarik orang terhadap
kuesioner. Maka kami
mengirimkan ribuan kuesioner kepada responden secara acak melalui buku telepon
dan meminta mereka untuk mengembalikan lewat pos berlangganan, jadi responden
tidak perlu membeli perangko. Hasilnya dapat ditebak, yaitu bahwa semua
responden akan suka dengan kuesioner. Mengapa? Tentu saja kalau responden tidak
suka pasti kuesioner tadi sudah dibuang ke tong sampah atau jadi bungkus
kacang.
Sedangkan
angket adalah cara mengumpulkan data dengan menggunakan daftar isian atau
daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga
calon responden hanya tinggal mengisi atau menandainya dengan mudah dan cepat.[5] Adapun
angket dibagi dua
ada angket anonim dan bernama. Angket anonim memiliki kebaikan, karena
responden bebas mengemukakan pendapat.[6]
Akan tetapi penggunaan angket anonim mempunyai beberapa kelemahan :
1. Sukar
ditelusuri apabila ada kekurangan pengisian yang disebabkan karena responden
kurang memahami maksud item
2. Tidak
mungkin mengadakan analisis lebih lanjut apabila peneliti ingin memecah
kelompok berdasarkan karakteristik yang diperlukan.
Berbagai
penelitian memberikan gambaran hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian
jawaban yang diberikan oleh orang dewasa, baik yang anonim maupun yang bernama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlu tidaknya angket di beri nama adalah :
1. Tingkat
kematangan responden
2. Tingkat
subjekvitas item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban (misalnya
gaji untuk pria dan umur untuk wanita)
3. Kemungkinan
banyaknya angket
4. Prosedur
yang akan diambil pada waktu menganalisa.[7]
Menurut sitorus
bahwa
jenis-jenis metode pengumpulan data ada dua yaitu : Angket atau kuesioner dan
Test. Untuk metode pengumpulan data kuantitatif akan dibahas pada metode angket
atau kuesioner dan Tes. Metode wawancara, studi dukumen, dan observasi akan
dibahas pada metode penelitian kualitatif.[8]
a. Kuesioner
atau Angket menurutnya adalah metode pengumpulan data yang menggunakan angket
sebagai alat pengumpulan data.[9]
Peneliti memberikan angket yang telah disusun dan diuji cobakan kepada
responden serta telah dihitung validitas dan rehabilitasnya kepada respnden
penelitian. Kuesioner dan
angket dapat
langsung peneliti melakukan penelitian dan dapat diwakilkan kepada orang lain
untuk menyebarkan. Teknik membuat pertanyaan untuk angket dan cara-cara
mengajukannya, biasanya dipelajari dalam metode riset. Untuk memudahkan, sering
angket berisikan pertanyaan berbentuk
pilihan. Pertanyaan ini diajukan disertai beberapa
jawaban yang mungkin timbul. Calon responden hanya tinggal mencoret yang tidak
perlu atas memberi tanda pada tempat yang telah disediakan.
Pendidikan
tertinggi saudara adalah :
a. SD b. SLTP c.SLTA d.AKEDEMI e. PT
Sedangkan
kelebihan dari metode pengumpulan ini adalah :
1. Angket
baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar
2. Responden
tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi angket dengan memilih waktunya
sendiri yang paling luang.
3. Angket
secara relatif lebih efesien untuk sumber data yang banyak
4. Karena
angket biasanya tidak mencantumkan identitas responden, maka hasilnya dapat
lebih objektif.
Kelebihan
metode angket juga memiliki kekurangan :
1. Angket
tidak dapat menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan dengan sepenuh hati
2. Angket
cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus dijawab terbatas yang
dicantumkan di dalam pemilihan angket saja, tidak dapat dikembangkan lagi
sesuai dengan situasinya, untuk mengatasi masalah ini peneliti biasanya
menggunakan model angket campuran dengan menyediakan satu pilihan yang diisi
sendiri oleh responden penelitian.
3. Pengumpulan
sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar pertanyaan, lain
halnya dengan observasi yang dapat sekaligus mengumpulkan sampel
4. Angket
yang lengkap sulit untuk dibuat
2.Tes
Maka
untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti,
digunakan tes. Tes adalah metode pengumpulan data yang menggunakan tes sebagai
alat pengumpulan data.[10]
Tes merupakan merupakan penelitian. Tes merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku
dan kehidupan batin seseorang. Tes juga didefenisikan seperangkat rangsangan
(stimulus) yang di berikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan
jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Persyaratan pokok
bagi tes adalah validitas (ketepatan) dan reliabelitas (ketetapan). Ada tiga jenis tes sebagai alat pengukur
yaitu:[11]
1. Tes
lisan (oral test) yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara
lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaanya dari jawabannya yang
diberikan secara lisan pula.
2. Tes
tertulis (written tes) yaitu tes yang berupa sejumlah pertanyaan yang
diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaan dari
jawaban yang diberikan secara tertulis dan tes tertulis dibedakan kepada dua
bentuk : tes essay, tes objektif.
3. Tes
Tindakan (Performance test) yaitu tes yang penilainnya didapatkan dari
aspek kemampuan yang bersifat ketrampilan.[12]
Dengan
menggunakan pengukuran yang menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang
aspek yang diteliti. Keunggulan metode ini adalah :
1. Lebih
akurat karena tes berulang-ulang direvisi.
2. Instrumen
penelitian objektif.
Sedangkan
kelemahannya
adalah :
1. Hanya
mengukur aspek satu data
2. Memerlukan
jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan secara berulang-ulang.
3.
Hanya mengukur
keadaan responden pada saat tes dilakukan.
3. Wawancara
Di
samping memakan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan teknik
interview peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Memberikan angket
kepada responden dan menghendaki jawaban tertulis lebih mudah jika dibandingkan
dengan memperoleh jawaban dengan bertatap muka.[13]
Wawancara
adalah percakapan yang dilakukan dua belah pihak, yaitu : pewancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut. Adapun merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai dialami
masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan dialami
pada masa yang akan datang, mengubah, menguji, dan memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia, dan
memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh
peneliti sebagai pengecekan anggota.[14]
1. Wawacara
pembicaraan informal, jenis ini ditandai dengan pertanyaan yang diajukan sangat
tergantung kepada pewawancara sendiri, jadi tergantung pada spontanitas dalam
mengajukan pertanyaaan kepada terwawancara. Disini suasanannya biasa, wajar,
sedangkan pertanyaan dan jawaban berjalan seperti pembicaraan biasa dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pendekatan
menggunakan petunjuk umum wawancara, Disini wawancara mengharuskan membuat
kerangka-kerangka dan garis-garis besar yang dirumuskan dan tidak perlu
dipertanyakan secara berurutan.
3. Wawancara
baku terbuka, Wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku
Dalam
pembagian lain dikemukakan oleh Lincoln dan Guba, wawancara dibagi kedalam 4
jenis baku :
1. Wawancara
oleh tim atau panel
2. Wawancara
terbuka dan tertutup
3. Wawancara
riwayat secara lisan
4. Wawancara
terstuktur dan wawancara tak tersutruktur
a.Bentuk-bentuk pertayaan
Patton
memberikan 6 jenis pertanyaan :
a. Pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman dan perilaku
b. Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat atau nilai
c. Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan
d. Pertanyaan
yang berkaitan tentang pengetahuan
e. Pertanyaan
yang berkaitan dengan indera
f. Pertanyaan
yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Lincoln
dan Guba mengatakan ada 10 macam pertanyaan dalam wawancara[16] :
a. Pertanyaan
hipotesa
b. Pertanyaan
yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan responden ditanya agar memberikan
respons tentang hipotesis alternatif mengenai masa lalu, sekarang atau yang
akan datang
c. Pertanyaan
yang menayakan dan menantang responden untuk merespon dengan cara memberikan
hipotesis alternatif atau penjelasan
d. Pertanyaan
interpretatif yang menyarankan responden memberikan penjelasan kejadian,
peristiwa
e. Pertanyaan
yang memberikan saran
f. Pertanyaann tentang alasan mengapa
g. Pertanyaan
tipe argumen
h. Pertanyaan
tentang sumber
i.
Pertanyaan yang
mengharapkan jawaban ya-tidak
j.
Pertanyaan yang
mengarahkan tambahan pada informasi yang disediakan
Ada
pula pembagian pertanyaan luaran atau kurang mendalam dan pertanyaan
pendalaman. Pertanyaan luaran ditanyakan tanpa bermaksud menggali sesuatu
secara mendalam. Pertanyaan mendalam maksudnya menggali lebih jauh tentang hal
yang dipersoalkan. Lincoln dan Guba menyatakan pertanyaan pendalaman bermaksud
menggali lebih dalam, dicari untuk keperluan[17] :
a. Klarifikasi,
pewancara memerlukan lagi informasi tentang hal yang dipersoalkan sebelumnya
b. Kesadaran
kritis, disini responden untuk memutuskan, menanggapi sesuatu, menilai, atau
contoh tentang sesuatu. Kata tanya dalam hal ini : mengapa, dalam hal apa.
c. Pejelasan,
pewancara memerlukan informasi mengenai berbagai aspek.
d. Refokus,
responden ditanyai untuk mengaitkan, membandingkan, mempertentangkan dengan
jawabannya dengan topik atau ide.
e.
Informasi tentantang
intensitas perasaan responden.
b. Penata urutan pertanyaan
Ada
3 cara menurut Lincoln dan Guba :
a. Bentuk
cerobong, dilakukan dengan cara pertanyaan yang umum mengarah ke khusus
b. Tidak
cerobong, dilakukan dengan cara pertanyaan yang khusus ke umum
c. Kuintamensional,
bentuk ini mefokuskan pertanyaan kepada dimensi kesadaran deskriptif, menuju
dimensi-dimensi afektif, perilaku, perasaan, atau sikap. Pertanyaan pertama
hendaknya dimulai dari sesuatu yang menentukan kesadaran, misalnya :” apakah
anda menyaksikan pertengkaran yang terjadi antara Ali dan Jono dihalaman
sekolah?”
c.Perencanaan wawancara
Dalam
melaksanakan wawancara harus diperhatikan :
1. Menemukan
siapa yang diwawancarai
2. Mencari
bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden
3. Mengadakan
persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara.
a.
Adapun dalam pelaksanaan wawancara perlu diperhatikan pelaksanaan wawancara :
1. Memakai
pakaian sepantasnya
2. Menepati
janji
3. Tempat
wawancara
4. Pewancara
bersifat netral
5. Pewancara
harus tetap menjadi pendengar yang baik
b.
Strategi dan taktik berwawancara
1. Selalu
mendengarkan dan memperhatikan dengan memanfaatkan gerakan tertentu, contohnya
: diam, ekspresi muka, gerakan tubuh, dan gerakan lainnya.
2. Membuat
janji apabila berkelanjutan dalam wawancara
3. Meninggalkan
kesan yang baik sekali setelah melakukan wawancara
4. Memperhatikan
waktu yang tersedia untuk wawancara.
5. Memperkenalkan
identitas pewancara
6. Menjalin
keakraban dengan terwawancara agar mereka menjawab dengan sebenarnya
7. Menempatkan
posisi terwawancara, apakah dia berstatus pimpinan, staf, dll.
Begitu
juga dalam pelaksanaanya ketika sikap waktu datang, sikap duduk, kecerahan
wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran serta keseluruhan penampilan, akan
sangat berpengaruh terhadap isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti. Oleh
sebab itu, maka perlu adanya latihan yang intensif bagi calon interviewer agar
tidak ada pokok-pokok yang tertinggi, agar pencatatannya lebih cepat. Ada dua macam pedoman wawancara :
1. Pedoman
wawancara tidak tersutruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewancara sangat diperlukan,
bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari
pewawancara. Pewancara sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis ini cocok
khusus penilain.
2. Pedoman
wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga menyerupai check list. Pewancara tinggal membubuhkan tanda v pada
nomor yang sesuai.[18]
Sedangkan
banyak pedoman yang digunakan adalah bentuk terstruktur, dalam hal ini
mula-mula interview menanyakan sejumlah pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu persatu diperdalam dalam
mengorek keteraangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa
meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam. Sebagai
contoh misalnya kami
akan menyelidiki pengetahuan dan pendapat mahasiswa tentang perguruan tinggi di
mana mereka kuliah. Pertama-tama mereka hanya tentang tahun berapa mereka
masuk, sekarang tingkat berapa, mengambil mata kuliah apa, ekstrakulir apa saja
yang diikuti dsb.
c. Pencatatan
data wawancara
Selain
menggunakan recorder sebagai alat bantu untuk mendokumentasikan hasil wawancara,
sebaiknya dibuat catatan: membantu pewawancara agar dapat merencanakan pertanyaan
baru berikutnya. Membantu pewawancara untuk mencari pokok-pokok penting dalam
pita suara sehingga mempermudah proses analisis.
d. Kegiatan
setelah wawancara
Setelah
wawancara, maka kita periksa dulu apa recorder dalam keadaan baik, jika rusak
menggunakan catatan, juga catatan wawancara disusun sesuai dengan struktur
urutan pertanyaan sehingga dapat memperkaya wawancara.
4.Observasi
Adalah
teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara cermat dan sistematis
sesuai panduan yang telah dibuat dalam
penelitian kualitatif.[19] Selain
itu observasi adalah pengamatan terhadap atau tingkah laku tertentu dari objek
yang diselidiki dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Jadi yang diobservasi dalam suatu
penelitian kualitatif lazimnya suatu sosial tertentu.
Ada
beberapa alasan pengamatan penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Lincoln
dan Guba adalah :
1. Teknik
pengamatan didasarkan atau pengalaman secara langsung. Pengamatan langsung
merupakan alat yang ampuh untuk mengetes kebenaran.
2. Teknik
pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3. Pengamatan
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung yang peroleh dari
mata.
4. Sering
terjadi keraguan dalam penelitian, jangan-jangan pada data yang dijaring bias. Jadi
jalan terbaik maka memanfaatkan pengamatan.
5. Memungkinkan
peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.[20]
6. Pengamatan
menjadi jalan alternatif bagi metode-metode yang lain.
Macam-macam pengamatan
Pengamatan
terdiri dari dua
macam yaitu :
1. Pengamatan
berperanserta yaitu : pengamatan berperan serta dilakukan dengan cara peneliti
berperan ganda sebagai peneliti dan sebagai anggota resmi dari kelompok yang
diamati. Jadi identitas pengamat sesungguhnya tidak diketahui oleh para
responden atau informan. Peranan yang dimainkan bersifat pura-pura, dan
semata-mata dengan tujuan untuk melalui partisipasi dalam lingkungan sosial
budaya tersebut mencari data ilmiah yang dibutuhkan. Memainkan peran itu tidak
lah mudah, sebab ada kemungkinan bahwa seorang penelliti karena romantika dari
peranan dan responden yang baik.[21]
2. Pengamatan
tidak berperanserta yaitu : pengamatan tanpa peran serta hanya melakukan satu
fungsi yaitu sebagai pengamat. Pengamatan menjadi bagi 2 ada pengamatan terbuka
dan tertutup. Pengamatan yang dilakukan diketahui subjek penelitian. Pengamatan
tertutup pengamatan dilakukan tanda diketahui. Misalnya pengamatan lewat video,
film, dan lain sebagainya. Juga ada pengamatan latar alamiah dan pengamatan
dengan latar buatan (eksperimen).
Objek observsi
Setiap
situasi sosial tertentu setidak-tidaknya mempunyai tiga objek utama observasi :
a. Lokasi
/ fisik tempat situasi sosial itu berlangsung
b. Manusia-manusia
pelaku
c. Kegiatan
atau aktifitas para pelaku pada lokasi/tempat berlangsungnya situasi sosial.
Maka
dalam menggunakan teknik observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format
yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk
bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilain ke dalam suatu skala bertingkat.
Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton televesi itu, bukan hanya mencatat
bagaimana reaksi itu, tetapi juga menilai reaksi tersebut sangat kurang atau
tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Adapun
manfaat observasi sebagai berikut :
1. Dengan
observasi di lapangan peneliti mampu memahami konteks data dalam keseluruhan
situasi sosial
2. Mendapatkan
pengalaman langsung, sehingga peneliti memungkinkan menggunakan pendekatan
induktif
3. Dapat
melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain
4. Dapat
mengemukakan hal-hal yang sedianya tidak terungkap oleh responden dalam
wawancara
5. Dapat
mengumukakan hal-hal yang di luar persepsi responden
6. Memperoleh
kesan-kesan pribadi, dan merasakan sesuatu situasi sosial yang diteliti.[22]
Sedangkan
dalam kelemahan pengamatan ini, sebagai berikut ini :
Dari
segi teknik pelaksanaannya :
a.
Pengamat
terbatas mengamati karena kedudukannya dalam kelompok
b.
Pengamatan yang
berperanserta sering sukar memisahkan diri walaupun hanya sesaat untuk membuat
catatan hasil pengamatannya.
c.
Responden hanya
memberikan data yang diberikan
d.
Hasil pengamatan
berupa sejumlah besar data sering sukar dan sangat memakan waktu menganalisanya
e.
Pengamatan
sering tidak sistematis
Dari
segi pengamat :
a.
Pengamat sukar
untuk mengatasi hal di atas jika tidak ada umpan balik.
b.
Latihan tersebut
perlu menajamkan kemampuan calon peneliti untuk mendengar, melihat, merasakan,
menghayati, dan kemampuan mencatat yang diperlukan.[23]
5.Dokumentasi
Adalah
metode pengumpulan data yang menggunakan dokumen sebagai sumber penelitian. Data
bisa dihasilkan dengan record dan dokumen. Menurut Guba dan Lincoln, record
adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.[24]
Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Dan data adalah mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti,
notulen rapat, lenger, agenda dll.[25]
Dokumentasi
dibagi dua yang pertama: dokumen
pribadi yakni catatan lapangan atau karangan seseorang secara tertulis tentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Maksudnya memperoleh kejadian nyata
tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.
Diantara dokumen pribadi : buku harian, surat pribadi, otobiografi. Yang kedua
dokumen resmi ialah dokumen yang terbagi atas dokumen internal berupa memo,
pengumuman, intruksi, aturan atau lembaga masyarakat tertentu yang digunakan
dalam kalangan sendiri. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya majalah, buletin,
pernyataan, media massa.[26]
Jadi
teknik dokumentasi tidak kalah penting dari teknik-teknik lain. Teknik ini agak
tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih
tetap, belum berubah. Dengan teknik ini dokumentasi yang diamati bukan benda
hidup tetap benda mati.
Dalam
menggunakan teknik ini peneliti memegang check-list untuk mencari
variabel yang sudah ditentukan. Apabila terdapat variabel yang dicari, maka
peneliti menulis tanda check di tempat yang sesuai. Untuk mencatat hal-hal yang
bersifat bebas atau belum ditentukan dalam daftar variabel peneliti dapat
menggunakan kalimat bebas.
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Metode
pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang
diperlukan dan metode pengumpulan data selalu ada hubungannya dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Berhasil atau tidaknya sebuah penelitian
tergantung pada peneliti dalam menggunakan metode dan instrumen pengumpulan
data yang digunakan. Agar peneliti tidak melakukan kesalahan dalam melakukan
sebuah penelitian, maka penelti dianjurkan menggunakan metode dan instrumen
pengumpulan data secara baik dan benar.
Istilah
dalam referensi disana ada perbedaan dalam metode dan teknik, tapi kata ini
memiliki arti yang sama yaitu cara mengumpulkan data yang sistematis. Maka
dalam pengumpulan data ada bebarapa metode dalam pengumpulan data, diantaranya
adalah : metode kuesioner atau angket, metode pengamatan atau observasi, metode
tes, metode wawancara, metode dokumentasi. Semua metode ini sangat penting bagi
peneliti dalam melaksanakan peneliti. Metode ini dapat digunakan dalam
penelitian kuantitaif dan penelitian kualitatif, tetapi ada beberapa metode
yang lebih tepat digunakan pada penelitian kuantitatif daripada penelitian
kualitatif misalnya: tes atau angket.
Dengan
demikian pengumpulan data sangat penting dalam sebuah penelitian sehingga kita
akan mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu tujuan dalam penelitian. Tapi
semua tidak akan berjalan kalau kita hanya mengandalkan judul, sampel, teori,
tapi perlu sebuah penelitian yang didalamnya masalah yang menarik untuk diteliti
dan sesuai dengan pengumpulan data baik untuk penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Abduddin
Nata, Paradigma Pendidikan Islam,
Jakarta, Grasindo, 2001
Masganti
Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan
Islam, Medan, IAIN, 2011
M. Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam,
Jakarta, Amissco, 2003
Pius
A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus
Ilmiah Populer, Surabaya, Arkola, 1994
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka
Cipta, 2006
Sudjana,
Metode Stastistika, Bandung, Tarsito,
2005
Sugiyono,
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Dan R & D, Bandung,
Alfabet, 2010
Syukur
Kholil, Metodologi penelitian Komunikasi,
Bandung, Cita Pustaka Media, 2006
[1] Masganti Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam,(
Medan, IAIN press), 20011
[3] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta,
Rineka Cipta),
2006, hlm. 223
[7] Ibid hlm. 226
[9] Ibid hlm. 78
[11] M.
Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, (Jakarta,
Amissco), 2003, h. 225
[12] Ibid, h. 225
[13] Arikunto, Prosedur,
hlm 227
[15]
Ibid, hlm. 188
[16] Ibid, hlm. 188
[17]
Ibdi, hlm. 188
[18] Arikunto,
Prosedur, hlm. 228
[19] Syukur
Kholil, Metodologi Penelitian Komunikasi,
(Bandung, Cipta Pustaka
Media), 2006, hlm. 103
[22] Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung, Alfabet, 2010), hlm. 128
[24] Ibid,
h. 197
[26] Ibid, h. 231
0 comments:
Post a Comment